Karena Ustad BU yang sudah jelas ke-rafidhahannya terlihat belum puas untuk menghina Khalifah agung ini, maka pada hal. 42 dikatakan : “ Ada kisah lain yang tak kalah menariknya tentang Khalifah kedua ini. Al-Jashshas membawakannya untuk kita. Seorang Arab dusun meminum minuman Umar. Ia mabuk dan Umar menetapkan hukum cambuk baginya. Arab dusun itu protes “ Aku meminum minumanmu “. Umar meminta minumannya itu, lalu mencampurkan air ke dalamnya, kemudian meminumnya dan berkata, “ Siapa yang ragu untuk meminumnya, campurkan air ke dalamnya “
Ibrahim an-Nakha’i meriwayatkan hadits yang sama dari Umar dan berkata : “ Umar meminumnya setelah mencambuk si Arab dusun itu “ Bahkan di saat-saat kritis ketika menghadapi sakaratul maut, Umar tidak bisa meninggalkan kebiasaannya minum khamar, demikian seperti dilaporkan oleh Abu Ishak dari ‘Amru bin Maimun yang melihat Umar meminum khamar beberapa saat setelah ditusuk oleh Abu Lu’luah “.
Jawaban pertama : nama sebenaranya dari Ibrahim an-Nakha’i adalah Abu Imran bin Yazid bin Qais an-Nakha’i al-Kufi, beliau seorang ulama fiqh di Kufah dan seorang Tabi’in yang mulia. Beliau termasuk ulama Kufah yang sering menemui ‘Aisyah r.a dan Ibnu as’ud r.a. Beliau termasuk tabi’in yang tidak langsung meriwayatkan hadits dari seorang sahabat pun padahal ia pernah menemui segolongan dari mereka. Namun beliau memiliki kedudukan yang tinggi dalam bidang hadits dan ilmu riwayat. Seluruh ulama sepakat dan menyatakan bahwa beliau adalah seorang yang tsiqah dan seorang yang ahli dalam fiqh. Beliau menerima hadits dari ulama-ulama tabi’in di antaranya adalah alqamah, al-Aswad, Abdurrahman, Masyruq dan lain-lain. Beliau wafat tahun 96 H. (Tahdzibul Asma’i wal Lughat, an-Nawawi, at-Tahdzib, Ibnu Hajar al-Asqalani dalam riwayat Ibrahim an-Nakha’i)
Dengan adanya penerangan dari Imam Nawawi ad-Dimasyqi ini, maka tertolaklah keyakinan ustad BU dan pengikutnya yang menyatakan Khalifah Umar r.a pernah meminum khamar ini. Hal ini disebabkan sanadnya mauquf alias terputus, baik yang dihubungkan dengan perkataan atau pun perbuatan sahabat. Dalam hal ini, ustad BU terlalu ceroboh dan terlalu singkat dalam penelitiannya. Sehingga tanpa terasa telah menyesatkan dirinya dan orang banyak. Allahummaghfir lahu
Jawaban kedua : Karena Imam Ibrahim an-Nakha’i adalah seorang ulama Kufah, maka saya akan coba merinci kepada para pembaca dalam kitab-kitab yang berasal dari Iraq, apakah ada sanad yang bersambung langsung dari Imam Ibrahim an-Nakha’i kepada Khalifah Umar r.a seperti yang dituduhkan oleh al-Jashashas.
Sunan Turmudzi 1/157 : dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari Ibrahim at-Taimi, dari ‘Amru bin Maimun, dari Abdullah al-Jadalli, dari Khuzaimah bin Tsabit r.a, 6/238 dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari Alqamah dari Ibnu Mas’ud r.a
Kitab Mushanaf Ibnu Abi Syaibah : “ tidak ada “
Kitab Musnad Ishaq bin Rahawaih 3/846 : dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari al-Aswad dari ‘Aisyah r.a,
Kitab As-Sunnah Ahmad bin Hanbal : “ tidak ada “
Kitab Fadhail ash-Shahabah 1/329 : dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i, dari alqamah bin Qais, dari ‘Ammar bin Yasir r.a
Kitab Musnad Ahmad 6/241 : dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i, dari alqamah bin Qais, dari Abdullah r.a, 37/564 dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i, dari Sa’id al-Musayyib, dari Qatadah r.a, 37/380 dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i, dari Hammam, dari Khudzaifah r.a,
Sunan Darimi : “ tidak ada “
As-Sunnah Ibnu Ashim 2/439 : dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari alqamah dari Ali bin Abi Thalib r.a,
Musnad al-Bazzar 5/186 : dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari ‘Abidah as-Salami dari Abdillah bin Mas’ud r.a, 14/45 dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari Anas r.a
‘Amal al-Yaum wa Lailah, Ibnu Sina 1/423 : dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari Rabi’i dari Khutsaimin dari Abdullah r.a
Musnad Abu Ya’la 3/189 : dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari alqamah bin Qaisy dari Ammar bin Yassir r.a, 8/475 dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari alqamah dari Ibnu Mas’ud r.a, 9/49 dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari ‘Abidah as-Salami dari Ibnu Mas’ud r.a, 9/226 dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari alqamah dari Abdullah r.a
Al-Kina wal Asma, ad-Dulani 3/1116 : dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari alqamah dari al-Aswad dari ‘Aisyah r.a
Mukhtashir al-Ahkam 3/456 dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari al-Aswad dari ‘Aisyah r.a
Hadits as-Siraji : “ tidak ada ”
Mustakhraji Abu Awanah 1/39 : dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari alqamah dari Abdullah bin Mas’ud r.a, 1/174 dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari al-Aswad dari ‘Aisyah r.a, 2/394 dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari Abdurrahman bin Yazid dari Ibnu Mas’ud r.a, 5/6 dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari Hammam bin al-Harits dari ‘Addi bin Hatim r.a
Syarh Musykil wal Atsar 2/189 : dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari al-Aswad dari Ibnu Mas’ud r.a, 3/247 dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari Rabi’i dari Khutsaimin dari Abdullah r.a, 7/397 dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari Hammad dari Khudzaifah r.a, 12/537 dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari alqamah dari Ibnu Mas’ud r.a, 12/541 dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari alqamah dari Ibnu Mas’ud r.a, 14/136 dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari al-Aswad dari ‘Aisyah r.a, 14/184 dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari alqamah dari Ibnu Mas’ud r.a, 14/185 dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari alqamah dari Ibnu Mas’ud r.a, 15/403 dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari alqamah dari Ibnu Mas’ud r.a
Syarh Ma’ani al-Atsar 1/48 : dengan sanad Ibrahin an-Nakha’i dari Hammam dari ‘Aisyah r.a, 1/256 dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari Ibnu Mas’ud r.a, 2/265 dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari al-Aswad dari ‘Aisyah r.a
Musnad asy-Syasyi 1/415 : dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari al-Aswad dari alqamah dari Ibnu Mas’ud r.a, dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari al-Aswad dari alqamah dari Abdullah r.a, 1/423 dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari al-Aswad dari Ibnu Mas’ud r.a, 1/424 dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari Abdullah r.a, 2/322 dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari al-Aswad dari Ibnu Mas’ud r.a
Mujam Ibnu ‘Arabi 3/919 : dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari al-Aswad dari Abdullah r.a, 2/920 dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari al-Aswad dari Abdullah r.a
Fawaid, Abu Muhammad al-Fakahi 1/367 : dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari Abdillah al-Jadalli dari Khuzaimah bin Tsabit al-Anshari r.a
Al-Fawaid asy-Syahir bil Ghilaniyat, Abu Bakr asy-Syafi’i 2/821 : dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari Hammam dari ‘Aisyah r.a
Shahih Ibnu Hibban 5/16 : dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari alqamah dari al-Aswad dari Ibnu Mas’ud r.a, 6/380 dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari alqamah dari Ibnu Mas’ud r.a, 9/335 dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari alqamah dari Ibnu Mas’ud r.a,
Asy-Syari’ah, al-Ajari 14/1916 : dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari alqamah dari Ammar bin Yasir r.a
Ad-Dua, ath-Thabarani 1/128 : dengan sanad Ibrahim an-Nakha’i dari Abdurrahman bin Yazid dari Ammar bin Yasir r.a
Al-Mu’jam al-Ausath : dengan sanad dari tabi’in adalah : alqamah, al-Aswad, Sahmi bin Minhaj, al-Qarsa’i adh-Dhabi’i, Sulaiman ibnu Qaisy, Fahdi bin Sinan, Hammam bin Harits, Abdullah al-Jadalli, Jarir. Sedangkan dari sahabat r.a adalah : Khuzaimah bin Tsabit, Ibnu Mas’ud r.a, Abdullah r.a, Abu Said al-Khudri, Abu Ayyub al-Anshari, ‘Aisyah r.a. Dan hanya ada satu riwayat yang bersambung kepada Umar r.a. dan ini pun tentang keutamaan membaca shalawat kepada Nabi Saw.
عَنْ إِبْرَاهِيمَ النَّخَعِيِّ، عَنِ الْأَسْوَدِ بْنِ يَزِيدَ، عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ: خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمْ أَجِدْ أَحَدًا يَتْبَعُهُ، فَفَزِعَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ، فَأَتَاهُ بِمِطْهَرَةٍ، فَوَجَدَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَاجِدًا فِي مَشْرُبَةٍ، فَتَنَحَّى عَنْهُ مِنْ خَلْفِهِ، حَتَّى رَفَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأْسَهُ، فَقَالَ: «أَحْسَنْتَ يَا عُمَرُ حِينَ وَجَدْتَنِي سَاجِدًا، فَتَنَحَّيْتَ عَنِّي، إِنَّ جِبْرِيلَ أَتَانِي، فَقَالَ: مَنْ صَلَّى عَلَيْكَ مِنْ أُمَّتِكَ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا، وَرَفَعَهُ بِهَا عَشَرَ دَرَجَاتٍ»
“ dari Ibrahim an-Nakha’i dari al-Aswad dari Umar bin Khatab r.a berkata : “ Rasulullah Saw keluar (dari rumahnya) tanpa ada seorang pun yang menyertainya, ………….Umar bin Khatab, maka ……………………………., bersujudlah Nabi Saw dalam sujud yang panjang (lama), maka ………………………………………. Dari belakangnya, sehingga Nabi Saw mengangkat wajahnya, dan berkata : “ Bagus sekali Ya Umar (engkau ikut) bersujud bersamaku,………………………, sesungguhnya Jibril mendatangiku, dan berkata : “ Barangsiapa yang bershalawat kepadamu dari umatmu satu kali Allah akan bershalawat baginya 10 kali, dan diangkat baginya 10 derajat “ (Al-Mu’jam al-Ausath 6/353, al-Mu’jam ash-Shagir 2/193 (derajat hadits hasan)
Al-Mu’jam ash-Shagir : dengan sanad dari tabi’in adalah : ‘Abis bin Rabi’ah, alqamah, Hammam bin al-Harits, Abu Abdillah al-Jadalli, Abu Abdillah, Sahmi bin Minhaj, Qartsa’in, ‘Abidah as-Salmani, Rabi’ bin Khutsaimin. Sedangkan dari sahabat r.a adalah : Khuzaimah bin Tsabit, Ibnu Mas’ud, Khudzaifah, Ali bin Abi Thalib, ‘Aisyah, Abu Ayyub, dan Umar r.a. Ada pun hadits yang sanadnya bersambung dengan Umar r.a adalah masalah mencium Hajar Aswad.
عَنْ إِبْرَاهِيمَ النَّخَعِيِّ، عَنْ عَابِسِ بْنِ رَبِيعَةَ قَالَ: رَأَيْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: اسْتَقْبَلَ الْحَجَرَ فَقَبَّلَهُ ثُمَّ قَالَ: أَمَا وَاللَّهِ , إِنِّي لَأَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لَا تَمْلِكُ لِي ضُرًّا , وَلَا نَفْعًا , وَلَوْلَا أَنِّي رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ
“ dari Ibrahim an-Nakha’i dari ‘Abis bin Rabi’ah berkata : aku melihat Umar bin Khatab r.a “ mencium Hajar (Aswad), lalu beliau berkata : Demi Allah aku sesungguhnya tahu engkau ini hanyalah sebuah batu yang tidak dapat memberikan madarat atau manfaat, andai saja aku tidak melihat Rasulullah Saw menciummu maka aku pun tidak akan menciummu ” (al-Mu’jam ash-Shagir 1/118 (derajat hadits hasan)
As-Sunan al-Kabir, al-Baihaqi 2/533 terdapat hadits yang sanadnya bersambung sampai Umar r.a sbb, dengan sanad Ibrahim an-Nakhai sesungguhnya Umar r.a ….hadits ini pun menceritakan tentang shalat berjama’ah Umar r.a. Begitu pula yang terdapat di dalam Juz 8/105 dan 9/239 dengan sanad langsung kepada Umar r.a bukan masalah minum khamar.
Di hadirkannya jawaban yang cukup panjang ini untuk membuktikan kepada ustad BU dan para pembaca sekalian, bahwa ke-28 kitab-kitab tersebut adalah kitab-kitab fiqh dan hadits yang biasa dijadikan rujukan oleh muslim ahlussunnah di Iraq dan disekitarnya, wabil khusus bagi muslim yang bermazhab Hanafi dan Hanbali. Sedangkan di dalam literatur ahlussunnah, sudah menjadi pakem bahwa kekuatan hadits itu selalu diambil dari yang teratas, sebagaimana yang diterangkan oleh Syaikh Waliyullah al-Dahlawi, yaitu : kitab Shahih, kemudian Sunan, kemudian Musnad, kemudian Mushanaf, kemudian Mu’jam, dan seterusnya. Sedangkan kitab hujjah yang pakai oleh ustad BU adalah kitab Ahkamul Quran karya Abu Bakr Ahmad al-Razi al-Jashshah yang tidak termasuk kitab hujjah dalam literatur ahlussunah. Bahkan, masuk dalam jajaran kitab Mu’jam pun tidak. Jadi sungguh “ terlalu “ seperti yang dikatakan Bang Haji Rhoma Irama. Padahal dalam buku ustad BU tersebut pada halaman 7 dikatakan : “ Saya tulis buku ini bukan untuk mendiskreditkan siapa saja yang namanya saya sebut. Saya hanya mengikuti permainan dan tawaran mereka saja berapa pun “ harga “ yang mereka inginkan “ Wani piro ? “. Dan ternyata kalimat “ Wani piro ? “ tersebut, sepertinya harus ditarik kembali dan diganti dengan kata-kata yang lebih menyejukan dan memperlihatkan tingkat intelektualitas yang sesungguhnya.
Jawaban ketiga :
عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِنَّ اللَّهَ وَضَعَ الْحَقَّ عَلَى لِسَانِ عُمَرَ يَقُولُ بِهِ
“ dari Abu Dzarr r.a, berkata : aku mendengar Rasulullah Saw bersabda : “ Sesungguhnya Allah meletakkan kebenaran atas lisan Umar dan perkataannya ” (Sunan Abu Dawud 3/139, Sunan Ibnu Majah 1/40, Mushanaf Ibnu Abi Syaibah 6/353 riwayat Abu Dzarr dan Abu Hurairah r.a (derajat hadits hasan shahih)
Jawaban keempat :
عَنْ عَلِيٍّ، قَالَ: مَا كُنَّا نُبْعِدُ أَنَّ السَّكِينَةَ تَنْطِقُ عَلَى لِسَانِ عُمَرَ
“ dari Ali r.a, berkata : “ Kami para sahabat Rasulullah Saw tidak pernah ragu bahwa kedamaian senantiasa terucap pada lisan Umar “ (Fadhail ash-Shabah, Ahmad bin Hanbal 1/330, 1/358, 1/401 dari jalur Ali r.a ini diriwayatkan oleh kalangan sahabat diantaranya : Ibnu Umar, Abu Dzarr, Abu Hurairah, Abu Juhaifah, dan sedikitnya diriwayatkan oleh tabi’in dan tabi’ tabi’in sebanyak 30 periwayat tsiqah dan dhabit. Adz-Dzahabi berkata : “ Hadits ini mutawatir dari Ali r.a. (Tarikh Khulafa 1/39)
Jawaban kelima :
عَنْ وَهْبٍ السُّوَائِيِّ، قَالَ: خَطَبَنَا عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقَالَ: " مَنْ خَيْرُ هَذِهِ الْأُمَّةِ بَعْدَ نَبِيِّهَا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قُلْنَا: أَنْتَ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ قَالَ: لَا، خَيْرُ هَذِهِ الْأُمَّةِ بَعْدَ نَبِيِّهَا أَبُو بَكْرٍ ثُمَّ عُمَرُ وَمَا كُنَّا نُبْعِدُ أَنَّ السَّكِينَةَ تَنْطِقُ عَلَى لِسَانِ عُمَرَ "
“ dari Wahbin as-Suwai, berkata : khatib kami Ali r.a bertanya : “ siapakah orang yang terbaik dari umat ini setelah Nabi Saw ? “ seseorang menjawab : engkau wahai Amirul Mukminin. Ali r,a menjawab : “ Bukan, orang terbaik dari umat ini setelah Nabi Saw adalah Abu Bakar kemudian Umar, kami para sahabat tidak pernah ragu bahwa kedamaian senantiasa terucap pada lisan Umar “ (as-Sunnah, Abdullah bin Hanbal 2/587, Mushanaf Ibnu Abi Syaibah 6/351(derajat hadits hasan)
Jawaban keenam :
عَنْ عَبْدِ خَيْرٍ , قَالَ: سَمِعْتُ عَلِيًّا , يَقُولُ: «قُبِضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى خَيْرِ مَا قُبِضَ عَلَيْهِ نَبِيٌّ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ» , قَالَ: ثُمَّ اسْتُخْلِفَ أَبُو بَكْرٍ فَعَمِلَ بِعَمَلِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبِسُنَّتِهِ , ثُمَّ قُبِضَ أَبُو بَكْرٍ عَلَى خَيْرِ مَا قُبِضَ عَلَيْهِ أَحَدٌ , وَكَانَ خَيْرَ هَذِهِ الْأُمَّةِ بَعْدَ نَبِيِّهَا , ثُمَّ اسْتُخْلِفَ عُمَرُ فَعَمِلَ بِعَمَلِهِمَا وَسُنَنِهِمَا ثُمَّ قُبِضَ عَلَى خَيْرِ مَا قُبِضَ عَلَيْهِ أَحَدٌ , وَكَانَ خَيْرَ هَذِهِ الْأُمَّةِ بَعْدَ نَبِيِّهَا وَبَعْدَ أَبِي بَكْرٍ
“ dari Abdi Khair, berkata : aku mendengar Ali r,a berkata : “ Rasulullah Saw adalah menggenggam teguh atas kebaikan sebagaimana Nabi-nabi lainnya. Beliau meneruskan perkataannya : “ kemudian dibelakangnya ada Abu Bakar yang beramal dengan amalan Rasulullah Saw dan sunnah-sunnahnya, kemudian Abu Bakar menggenggam teguh atas kebaikan itu, ia adalah sebaik-baiknya umat setelah Nabi Saw, kemudian dibelakangnya (Abu Bakar) ada Umar yang beramal dengan amalan Rasulullah Saw dan sunnah-sunnahnya, kemudian Umar menggenggam teguh atas kebaikan itu, ia adalah sebaik-baiknya umat setelah Nabi Saw dan Abu Bakar “ (Mushanaf Ibnu Abi Syaibah 7/433, as-Sunnah, Abdullah bin Ahmad, hadits yang bersumber dari tabi’in yang mendengar langsung Ali r.a mangatakan hal tersebut berjumlah 16 0rang (derajat hadits mutawatir), Fadhail ash-shabah 1/311) hadits yang bersumber dari tabi’in yang mendengar langsung Ali r.a berjumlah 36 jalur periwayatan, Musnad Ahmad 2/201, hadits yang bersumber dari tabi’in yang mendengar langsung Ali r.a berjumlah 17 jalur periwayatan (derajat hadits mutawatir), Musnad al-Bazzar 2/120 terdapat 3 jalur periwayatan (derajat hadits hasan shahih), Asy-syari’ah, al-Ajari terdapat 8 jalur periwayatan (derajat hadits hasan shahih), al-Mu’jam al-Ausath terdapat 12 jalur periwayatan (derajat hadits shahih/masyhur), al-Mu’jam al-kabir 7 jalur periwayatan (derajat hadits hasan shahih)
Jawaban ketujuh : hadits ini sangat panjang yang berasal dari Fadhal al-Abbas r.a, di mana di akhir hadits ini Nabi Saw mendoakan dan berkata kepada Umar r.a :
اَللَّهُمَّ ارْزُقْهُ صِدْقًا وَإِيمَانًا، وصَيِّرْ أَمْرَهُ إِلَى خَيْرٍ ، فَتَكَلَّمَ عُمَرُ بِكَلِمَةٍ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: عُمَرُ مَعِي وَأَنَا مَعَ عُمَرَ، وَالْحَقُّ بَعْدِي مَعَ عُمَرَ حَيْثُ كَانَ
“ Ya Allah berikan reziki padanya yaitu kejujuran dan keimanan, dan kesabaran dalam urusannya dengan baik, maka Umar pun mengikuti (doa Nabi Saw) dengan kalimat beliau, bersabda Rasulullah Saw : “ Umar bersamaku dan aku bersama Umar, dan kebenaran setelahku bersama Umar “ (al-Mu’jam al-Ausath, 3/104, al-Mu’jam al-Kabir 18/280, al-Mukhalashiyah 3/141 (derajat hadits hasan)
Jawaban kedelapan :
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا لَهُ وَزِيرَانِ مِنْ أَهْلِ السَّمَاءِ وَوَزِيرَانِ مِنْ أَهْلِ الأَرْضِ، فَأَمَّا وَزِيرَايَ مِنْ أَهْلِ السَّمَاءِ فَجِبْرِيلُ وَمِيكَائِيلُ، وَأَمَّا وَزِيرَايَ مِنْ أَهْلِ الأَرْضِ فَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ
“ dari Abu Sa’id al-Khudri, berkata : “ bersabda Rasulullah Saw : Tidak ada seorang nabi pun melainkan dia memiliki dua mentri di langit dan di bumi. Ada pun dua mentriku di langit adalah Jibril dan Mikail. Sedangkan dua mentriku di bumi adalah Abu Bakar dan Umar “ (Sunan Turmudzi 5/616, Fadhail ash-Shabah, Ahmad bin Hanbal 1/134, 1/164, asy-Syari’ah, al-Ajari 4/1858, Tarikh Khulafa 1/43 (derajat hadits hasan)
Jawaban kesembilan :
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ المُنْكَدِرِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: قَالَ عُمَرُ لِأَبِي بَكْرٍ: يَا خَيْرَ النَّاسِ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: أَمَا إِنَّكَ إِنْ قُلْتَ ذَاكَ فَلَقَدْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَا طَلَعَتِ الشَّمْسُ عَلَى رَجُلٍ خَيْرٍ مِنْ عُمَرَ
“ dari Muhammad al-Munkadir dari Jabir bin Abdullah r.a , berkata : berkata Umar kepada Abu Bakar “ Wahai orang yang paling baik setelah Rasulullah ? “ Kemudian Abu Bakar berkata : “ Jika engkau mengatakan demikian maka sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda : “ Matahari tidak menyinari seseorang yang lebih baik daripada Umar ” (Sunan Turmudzi 5/618, 6/59, al-Mustadrak 3/96, as-Sunnah, Ibnu Abi Ashim 2/586, Musnad al-Bazzar 1/159, 1/194, al-Kina wal Asma, ad-Dulani 3/963 (derajat hadits hasan)
Jawaban kesepuluh :
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ أَبْغَضَ عُمَرَ فَقَدْ أَبْغَضَنِي، وَمَنْ أَحَبَّ عُمَرَ فَقَدْ أَحَبَّنِي، وَإِنَّ اللَّهَ باهَى بِالنَّاسِ عَشِيَّةَ عَرَفَةَ عَامَّةً، وباهَى بِعُمَرَ خَاصَّةً، وَإِنَّهُ لَمْ يَبْعَثْ نَبِيًّا إِلَّا كَانَ فِي أَمَّتِهِ مُحَدَّثٌ، وَإِنْ يَكُنْ فِي أُمَّتِي مِنْهُمْ أَحَدٌ فَهُوَ عُمَرُ» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ مُحَدَّثٌ؟ قَالَ: «تَتَكَلَّمُ الْمَلَائِكَةُ عَلَى لِسَانِهِ
“ dari Abi Said al-Khudri berkata : bersabda Rasulullah Saw : “ Barangsiapa yang membuat Umar marah maka dia telah membuatku marah. Dan orang-orang yang mencintai Umar maka dia telah mencintaiku. Sesungguhnya Allah membanggakan orang-orang yang ada di Arafah di sore hari secara umum dan Allah membanggakan Umar secara khusus. Sesungguhnya Allah tidak mengutus seorang Nabi pun, kecuali di antara umatnya ada seorang muhaddtasun. Dan jika itu ada di antara umatku maka dia itu adalah Umar. Para sahabat berkata : “ Ya Rasulullah, bagaimana seorang muhaddatsun itu ? “ Rasulullah Saw menjawab : “ Malaikat berbicara melalui lisannya “ (Al-Mu’jam al-Ausath 7/18, al-I’tiqad, al-Baihaqi 1/314 (derajat hadits hasan)
Jawaban kesebelas :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا فِي السَّمَاءِ مَلَكٌ إِلَّا وَهُوَ يُوَقِّرُ عُمَرَ، وَمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ شَيْطَانٍ إِلَّا وَهُوَ يَفْرَقُ مِنْ عُمَرَ ".
Tidak ada satu pun malaikat di langit yang tidak menghormati Umar dan tidak ada satu pun setan yang ada di atas bumi kecuali ia tidak takut kepada Umar “ (Syarh Madzab ahlusunnah wal jama’ah, Ibnu Syahin 1/157, Fadhail ash-Shahabah 1/329 dengan penjelasannya, Tarikh Khulafa 1/96 (derajat hadits hasan)
Malaikat mengormati Umar r.a, dan setan saja yang terkutuk takut kepadanya. Tetapi masih saja ada orang-orang yang tidak menghormati dan tidak takut kepada Umar r.a. Atau mungkinkah mereka lebih mulia dari malaikat atau lebih terkutuk dari setan ?
Jawaban keduabelas :
عَنِ الْحَكَمِ بْنِ جَحْلٍ، قَالَ: سَمِعْتُ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ: «لَا يُفَضِّلُنِي أَحَدٌ عَلَى أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا إِلَّا جَلَدْتُهُ حَدَّ الْمُفْتَرِي»
“dari al-Hakim bin Jahlin, berkata : aku mendengar Ali r.a berkata : Tidak ada seorang pun yang menganggapku lebih utama dari Abu Bakar dan Umar r.a, kalau ada yang menganggap- nya demikian maka aku akan menderanya sebagai hukuman atas kebohongannya“ (As-Sunnah, Abdullah bin Ahmad 2/562, Fadhail ash-Shahabah 1/83, 1/294, as-Sunnah, Ibnu Abi Ashim 2/575, asy-Syari’ah, al-Ajari 5/2327, al-Mukhalashiyat 3/365, 4/3327, al-I’tiqad, al-Baihaqi 1/358, Tarikh Khulafa 1/39
Jawaban ketigabelas :
عَن أَبيِ جَعْفَرٍ مُحَمَّدْ اَلْبَاقِرْ قَالَ : مَنْ لَمْ يَعْرِفْ فَضْلَ أَبيِ بَكْرٍ وَعُمَرٍ فَقَدْ جَهْلٌ بِالسُّنَّةِ
“ Dari Abu Ja’far Muhammad al-Baqir berkata : “ Barangsiapa yang tidak mengetahui keutamaan Abu Bakar dan Umar sesungguhnya ia telah menyalahi sunnah “ (Samtha an-Nujum 2/395
Jawaban keempatbelas :
وَقَالَ جَعْفَرُ الصَّادِقِ: أَنَا بَرِيءٌ مِّمَنْ ذَكَرَ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرٍ إِلَّا بِخَيْرٍ
“ dan berkata Ja’far ash-Shadiq : Aku berlepas diri dengan orang-orang yang mengatakan tentang Abu Bakar dan Umar kecuali kebaikan mereka “ (Tarikh Khulafa 1/99)
Dengan banyaknya periwayatan hadits mulai dari yang berderajat hasan, shahih dan mutawatir, maka di sinilah tempatnya akal kita di tundukkan di hadapan kebenaran. Imam Ali r.a begitu menghormati, memuliakan dan mengagungkan Abu Bakar dan Umar r.a. Bukankah sesuatu yang kontradiktif ketika ada orang yang mengaku-aku sebagai pengikut Imam Ali r.a justru membenci dan melecehkan mereka berdua ? Bukankah hal ini adalah sesuatu yang sangat tidak rasional ?
Kami pun pernah mendengar, bahwa sebagian muslim Syiah ada yang mengatakan : “ bagaimana kami harus memuliakan dan mengagungkan Abu Bakar dan Umar, sedangkan Imam Ma’shum telah menjatuhkan laknat atas mereka “. Kalau memang begitu perlihatkan- lah kepada kami mana redaksi laknat dari para Imam Ma’shum tersebut. Apakah benar para Imam Ma’shum rela mengotori jiwa mereka dengan melaknat orang-orang yang mendapat- kan keridhaan dari Allah dan Rasul-Nya. Kalau memang benar Imam Ma’shum melaknat Abu Bakar dan Umar r.a, mengapa Allah tidak memerintahkan Nabi Saw untuk melaknat mereka ? ataukah Imam Ma’shum lebih berwenang dari Nabi Saw yang paling Ma’shum ?
Rasulullah Saw bersabda :
عُرِضَتْ عَلَيَّ أُمَّتِي الْبَارِحَةَ لَدَى هَذِهِ الْحُجْرَةِ أَوَّلُهَا إِلَى آخِرِهَا . فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللهِ، هَذَا عُرِضَ عَلَيْكَ مَنْ خُلِقَ، فَكَيْفَ عُرِضَ عَلَيْكَ مَنْ لَمْ يُخْلَقْ؟ فَقَالَ: صُوِّرُوا لِي فِي الطِّيْنِ، حَتَّى لَأَنَا أَعْرَفُ بِالْإِنْسَانِ مِنْهُمْ مِنْ أَحَدِكُمْ بِصَاحِبِهِ
“ Kepadaku diperlihatkan umatku tadi malam pada sebuah batu, baik orang-orang yang permulaan mau pun yang terakhir “. Bertanya seseorang : “ Ya Rasulullah ditampakkan kepadamu orang-orang yang telah diciptakan (adalah masuk akal), lalu bagaimana caranya ditampakkan kepadamu orang-orang yang belum diciptakan ? “ Beliau menjawab : “ Mereka semua digambarkan (oleh Allah) kepadaku dengan air dan tanah sehingga aku lebih mengetahui seseorang di antara mereka daripada seeorang di antaramu terhadap sahabatnya (sendiri) “. (Al-Mu’jam al-Kabir 3/181 riwayat Hudzaifah r.a, hadits yang semakna dengan hadits ini pun dikeluarkan dalam kitab, Jami’ al-Ma’mur, Ibnu Rasyad 10/24, Sunan Ibnu Majah 2/1214, Musnad Abu Dawud ath-Thayalis 3/188, Mushanaf Ibnu Abi Syaibah 5/306 (derajat hadits hasan shahih)
Rasulullah Saw bersabda :
رَأَيْتُ مَا تَلْقَى أُمَّتِي بَعْدِي وَسَفْكَ بَعْضِهِمْ دِمَاءَ بَعْضٍ
“ Aku mengetahui apa yang ditemukan umatku sesudahku, demikian pula mengenai pertumpahan darah yang terjadi di antara sesama mereka “ (Musnad Ahmad 45/400, as-Sunnah Abu Ashim 1/96, at-Tauhid Ibnu Khuzaimah 2/657, al-Mu’jam al-Ausath 5/52 (derajat hadits hasan)
Baik muslim Sunni atau Syi’i mereka semuanya meyakini muzijat Nabi Saw sebagai- mana yang dinyatakan hadits di atas. Aneh tapi nyata bila Nabi Saw yang dapat melihat peri- laku dan kondisi umatnya yang berada ratusan bahkan ribuan tahun darinya, tetapi perilaku sahabat dekatnya sendiri tidak terlihat. Bukankan sangat aneh ?
Akal sebagai alat pencari kebenaran yang diberikan Allah kepada manusia berfungsi sebagai penerang dan petunjuk, tetapi pada kenyataannya masih banyak para pemilik akal yang berusaha untuk “ mengakali “ agamanya sendiri, atau mungkin saja para pemilik akal sedang mengakali akalnya sendiri, sesuatu yang aneh, nyeleneh tetapi nyata.
Sebagai penutup dalam bab ini, maka saya akan hadirkan sebuah hadits, di mana Nabi Saw bersabda kepada Umar r.a :
اَلْآنَ يَا عُمَرُ
“ Sekarang sempurnalah imanmu wahai Umar ! ” (Shahih Bukhari 8/129 , Musnad Ahmad 37/180, Musnad al-Bazzar 8/383, al-Mu’jam al-Ausath 1/102
Jadi bagaimana mungkin seseorang yang imannya sempurna masih menegak khamar. Kalaulah kita masih membenarkan argumentasi ustad BU, berarti Nabi Saw-lah yang salah dan Ustad BU-lah yang benar.
No comments:
Post a Comment