Monday 8 June 2015

Ibnu Taimiyah sangat membenci Sayyidina Ali bin Abi Thalib k.w

Sungguh tidak habis pikir, apa yang menjadikan Ibnu Taimiyah menjadi segila ini. Apakah beliau tidak percaya dengan kalam Rasulullah Saw yang ma’shum ? Bukankah Nabi Saw yang menikahkan putrinya sayyidah Fathimah dengan Sayyidina Ali ? Apabila Nabi Saw saja ridha putrinya dinikahkan dengan Sayyidina Ali, lalu mengapa Ibnu Taimiyah bisa sangat membencinya ?

Imam Ibnu Hajar al-Asqalani telah meriwayatkannya sebagai berikut :

“ Ibnu Taimiyah berkata : “ Sesungguhnya (Ali) adalah orang yang tercela dalam segala hal. Dia berusaha untuk mengejar kekhalifahan meskipun tidak ia peroleh, dan dia berperang hanya untuk mendapatkan kedudukkan, bukan  demi agama, dan sesungguhnya Ali gila kekuasaan “.(Durarul Kaminah 1 / 155, Ibnu Hajar Al-Asqalani)

Lihatlah apa yang dikatakan oleh seorang “ Syaikh al-Islam  Gadungan “ ini, apakah pantas seorang umat Nabi Saw mencaki maki dan merendahkan seorang sahabat, menantu dan salah satu perawi syari’at paling mulia ini ?
Saya akan berikan logika yang termudah dan tercepat kepada para pembaca yang budiman. Sayyidina Ali k.w mendapatkan banyak sanjungan, pujian, kemuliaan, dan kehormatan dari Nabi Saw dan para sahabat lainnya. Lalu keterangan dan hadits yang mana yang menyebutkan bahwa Ibnu Taimiyyah pun  mendapatkan banyak sanjungan, pujian, kemuliaan, dan kehormatan dari Nabi Saw dan para sahabat lainnya ?
Satu kali pujian dari Nabi kepada seorang sahabatnya sudah lebih dari cukup, dibandingkan jutaan orang memuji dan memuja Ibnu Taimiyah, dan itu sudah pasti. Pujian yang berasal dari kalam tersuci sudah pasti benar adanya, sedang- kan pujian dari pengikutnya Ibnu Taimiyah apakah sama sucinya dengan sabda Nabi Saw ? Bukankah Allah Swt telah berfirman :

مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى

“ kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak (pula) keliru “ (QS. 53 / an-Najm : 2)

Banyak hadits yang disampaikan oleh Nabi Saw tentang keutamaan Sayyidina Ali kw, misalnya :

اَناَ مَدِيْنَةُ الْعِلْمِ وَعَلِيٌّ بَابُهَا فَمَنْ اَرَادَ الْمَدِيْنَةَ فَلْيَأتِ مِنْ بَابِهَا

“ Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya, siapa yang ingin masuk ke kota (ilmu) tersebut, hendaknya datang lewat pintunya “.

 Dalam hadits lainnya :

اَناَ مَدِيْنَةُ الْعِلْمِ وَاَنْتَ بَابُهَا كَذَبَ مَنْ زَعَمَ اَنَّهُ يَصِلُ اِلىَ الْمَدِيْنَةِ اِلاَّ مِنْ قَبْلِ الْبَابِ

“ Aku adalah kota ilmu, dan kamu adalah pintunya, bohonglah orang yang mengaku dapat sampai ke kota (ilmu) tanpa melewati pintunya “.


Hadits ini merupakan hadits masyhur mutawatir  yang banyak diriwayatkan oleh sahabat di antaranya oleh : Sayyidina Ali k.w sendiri, Sayyidina Hasan bin Ali, Sayyidina Husain bin Ali, Ibnu Abbas r.a, Jabir bin Abdullah r.a, Abdullah bin Mas’ud r.a, Hudzaifah bin al-Yaman r.a, Abdullah bin Umar r.a, Anas bin Malik r.a dan Amr bin ‘Ash r.a,  serta  telah  dishahihkan oleh tidak kurang dari 20 ulama besar Ahlussunnah. Seperti : al-Hafizh Abu Zakariya Yahya bin Mu’in, al-Khatib, Abu al-Hajjaj, Ibnu Hajar, ath-Thabari, al-Hakim, Jalaluddin as-Suyuthi, al-Bukhari, dan banyak lagi. 

Dalam hadits lainnya :

هَذَا عَلِيٌّ فَأَحِبُوْهُ بِحُبِّّي وَاَكْرِمُوْهُ بِكَرَامَةِ فَإِنَّ جِبْرِيْلَ أَمَرَنيِ بِالَّذِي قُلْتُ لَكُمْ عَنِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

“ Inilah Ali, cintailah ia karena kecintaan kepadaku dan muliakanlah ia karena kemuliaanku. Sebab Jibril telah memerintahku untuk menyampaikan dari Allah ‘Azza wa Jalla apa yang telah kukatakan kepada kalian “ (Fara’id as-Simthain 1 / 196, Manaqib, al-Khawarizmi 229, Mustadrak, al- Hakim)

Imam Ibnu Hajar al-Haitami berkata :

“ Telah berkata Imam pada zamannya, yaitu Abu Zur’ah Arrazi, paling mulianya di antara guru-guru Muslim. Dia mengatakan, “ Jika kamu melihat seseorang yang merendahkan kedudukan sahabat Rasulullah Saw, maka ketahuilah sesungguhnya dia zindiq “. (Shawa’iqul Muhriqah hal. 211)

Ucapan Ibnu Taimiyah ini sering kali nyeleneh dan membuat mayoritas umat muslim marah karenanya. Ucapan- nya tidak konsisten, sebagaimana ucapannya sebagai berikut :

“ Siapa yang membenarkan Rasul-Nya, tapi membenci dan memusuhinya dengan hati, ia telah kafir secara mutlak dan pasti “ (Majmu Fatawa, Ibn Taimiyah 7 / 557)


Merupakan keumuman lafazh, bahwa yang dimaksud dengan kalimat “ Siapa yang membenarkan Rasul-Nya “, termasuk di dalam semua gerak lisan dan batinnya Rasul Saw. Bukankah beliau yang memberikan Sayyidina Ali k.w bagi umat ini ? Bukankah beliau telah menunjuknya sebagai salah satu khalifahnya ?
Ucapan Ibnu Taimiyah ini sama saja artinya bahwa beliau telah mengingkari apa yang disabdakan oleh Nabinya sendiri. Dan beliau telah memvonis dirinya sendiri sebagai kafir mutlak dan pasti sebagaimana ucapannya di atas. Perhatikanlah dalam ucapannya : “ Siapa yang membenarkan Rasul-Nya, tapi membenci dan memusuhinya dengan hati, ia telah kafir secara mutlak dan pasti “. Ibnu Taimiyah tidak hanya mebenci dan memusuhi Sayyidina Ali dengan hatinya saja, tetapi dengan dakwahnya pula. Ini adalah buah simalakama, menelan air ludahnya sendiri. Allah telah berfriman :

وَما آتاَكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَما نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا

“ Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tingalkanlah “ (QS. 59 / al-Hasyr : 7)


Semua umat muslim bisa menerima Sayyidina Ali k.w sebagai salah satu pemberian Rasulullah Saw, lalu mengapa Ibnu Taimiyah tidak bisa ?

Dalam kesempatan lainnya, Ibnu Taimiyah berkata :

“ Jika hatinya tahu bahwa itu adalah benar, tapi ia membenci dan memusuhi Allah dan Rasul-Nya yang datang membawa keimanan itu, juga terhadap utusan-Nya yang lain, dan ia tetap bersikap sombong terhadap mereka, menolak tunduk pada kebenaran, maka ia tidak dapat dikatakan sebagai Mukimin yang berpahala di akhirat. Hal ini berdasarkan kesepakatan para ulama Islam “  (At-Tis’iniyah Ibnu Taimiyah, 5 / 165, lihat juga Ash-Sharim al-Maslul  518-519)


Lihatlah “ kenyelenehannya “ lagi, masa iya Ibnu Taimiyah  tidak  mengetahui ayat di atas, katanya ulama besar masa tidak mengetahui tafsir tentang ayat tersebut. Sangat aneh bila kita masih mau mengikuti akidahnya yang aneh bin nyeleneh ini.

No comments:

Post a Comment