Saturday 13 June 2015

Allah Swt Tersenyum dan Kagum Kepada Seorang Hamba


Dari Abdullah bin Mas’ud r.a, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda :
عَجِبَ رَبُّنَا مِنْ رَجُلَيْنِ؛ رَجُلٌ ثَارَ عَنْ وِطَائِهِ وَلِحَافِهِ مِنْ بَيْنِ حِبِّهِ وَأَهْلِهِ إِلَى صَلَاتِهِ، فَيَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لِمَلَائِكَتِهِ: انْظُرُوا إِلَى عَبْدِي، ثَارَ مِنْ وِطَائِهِ وَلِحَافِهِ مِنْ حِبِّهِ وَأَهْلِهِ إِلَى صَلَاتِهِ رَغْبَةً فِيمَا عِنْدِي وَشَفَقَةً مِمَّا عِنْدِي، وَرَجُلٌ غَزَا فِي سَبِيلِ اللهِ فَانْهَزَمَ، فَعَلِمَ مَا عَلَيْهِ فِي الِانْهِزَامِ وَمَا لَهُ فِي الرُّجُوعِ، فَرَجَعَ حَتَّى أُهَرِيقَ دَمُهُ، فَيَقُولُ اللهُ تَعَالَى لِمَلَائِكَتِهِ: انْظُرُوا إِلَى عَبْدِي، رَجَعَ رَغْبَةً فِيمَا عِنْدِي وَشَفَقَةً مِمَّا عِنْدِي حَتَّى أُهَرِيقَ دَمُهُ
 “ Rabb kami kagum terhadap dua orang : orang yang meninggalkan tempat tidurnya dan selimutnya ketika ia berada di samping keluarga dan isterinya demi untuk mendirikan qiyamullail. Pada waktu itu Allah Azza wa Jalla berfirman kepada para malaikat-Nya : “ Lihatlah hamba-Ku itu, ia meninggalkan tempat tidurnya dan menanggalkan selimutnya untuk mendirikan qiyamullail demi mengharapkan ridha dan rahmat-Ku. Dan Allah kagum juga kepada orang yang berjuang di Jalan-Nya. Ketika rekan-rekannya melarikan diri, sedang- kan ia bertekad maju terus ke garis depan hingga darahnya tertumpah. Pada waktu itu Allah berfirman kepada para malaikat-Nya : “ Lihatlah hamba-Ku itu, dia maju ke medan perang sampai darahnya tertumpah “  (al-Mu’jam al-Kabir 10 / 179, Shahih Ibnu Hibban  6/298, 6/298 (derajat hadits shahih)
Dalam hadits lainnya Nabi Saw bersabda :
وَإِذَا ضَحِكَ فِي مَوْطِنٍ فَلاَ حِسَابَ عَلَيْهِ
“ Jika Allah tersenyum kepada seorang hamba, maka Dia tidak akan diperhitungkan (tidak dihisab) “  (Musnad Abu Ya’la 12 / 258, (derajat hadits hasan)
وَإِذَا ضَحِكَ رَبُّكَ  إِلَى عَبْدٍ فِي الدُّنْيَا فَلَا حِسَابَ عَلَيْهِ
“ Jika Allah tersenyum kepada seorang hamba, maka Dia tidak akan diperhitungkan (tidak dihisab) “  (Musnad Ahmad 37/144 (derajat hadits shahih)
Tersenyumnya atau kagumnya Allah kepada seorang hamba tidaklah seperti yang dibayangkan manusia. Hal ini memiliki makna tersendiri, yaitu tersenyumnya Allah menempati posisi yang layak dengan-Nya. Hakikat dari tersenyum adalah perasaan senang atau bangga. Oleh karena itu, Nabi Saw pernah bersabda kepada kaum Anshar yang meminta istrinya untuk mematikan lampu ketika menerima tamu karena makanannya tidak men- cukupi. Tujuannya adalah agar tamu tersebut tidak mengetahui kalau tuan rumah tidak ikut makan. Setelah itu Rasulullah Saw bersabda kepada mereka berdua :
ضَحِكَ اللَّهُ اللَّيْلَةَ، أَوْ عَجِبَ، مِنْ فَعَالِكُمَا» فَأَنْزَلَ اللَّهُ: {وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ المُفْلِحُونَ} [الحشر: 9]
“ Allah tersenyum atau kagum dengan apa yang kalian berdua lakukan tadi malam “. Maka Allah menurunkan (firman kepada Nabi-Nya) : “ dan mereka (kaum Anshar) lebih mengutama- kan (kaum Muhajirin) atas dirinya sendiri, meski pun mereka juga memerlukannya. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung “.                  (QS. 59 - Al-Hasyr : 9) (Shahih Bukhari 5/36 (derajat hadits shahih)
Kekaguman Allah atau tersenyumnya Allah kepada suami istri kaum Anshar itu dibuktikan oleh penghargaan-Nya  dengan mengabadikan kisah mereka dalam surat al-Hasyr di atas tersebut. Adapun ayat selengkapnya adalah :
وَالَّذِينَ تَبَوَّؤُا الدَّارَ وَالْإِيْمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّوْنَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُوْنَ فِي صُدُوْرِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُوْنَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
“ dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keingnan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin), dan mereka (kaum Anshar) lebih mengutamakan (kaum Muhajirin) atas dirinya sendiri, meski pun mereka juga memerlukannya. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung “.                                             (QS. 59 - Al-Hasyr : 9)

No comments:

Post a Comment