Salah satu kehebatan negara Saudi selama ini adalah keberhasilannya dalam
menipu kaum Muslim, seakan-akan negaranya merupakan cerminan dari negara Islam
yang menerapkan al-Quran dan Sunnah. Keluarga Kerajaan juga menampilkan diri
mereka sebagai pelayan umat hanya karena di negeri mereka ada Makkah dan
Madinah yang banyak dikunjungi oleh kaum Muslim seluruh dunia. Saudi juga terkesan
banyak memberikan bantuan kepada kelompok Islam maupun negeri-negeri Islam
untuk mencitrakan mereka sebagai pelayan umat dan penjaga dua masjid suci (Khadim
al-Haramain). Akan tetapi, citra seperti ini semakin pudar mengingat sepak
terjang keluarga Kerajaan selama ini, terutama persahabatannya dengan AS yang
mengorbankan (nyawa, harta dan negara) kaum Muslim.
Kaum Muslimin yang awam, mereka adalah korban dari berita-berita penipuan
yang sengaja disebarkan oleh para pemuja Kerajaan Arab Saudi sekarang ini. Kaum
Muslimin lupa, bahwa semenjak Rasulullah Saw menjadi penguasa Makkah dan
Madinah sampai sekarang ini telah terjadi kurang lebih 70 khalifah yang
mengusai Makkah dan Madinah. Sedangkan penguasa Makkah dan Madinah sekarang ini
dikuasai oleh Keluarga Kerajaan yang mengusung paham Khawarij dan Mujasim,
bukan Ahlussunnah.
Karena paham Ahlussunnah wal jama’ah tidak pernah menghalalkan
pengkafiran, pembid’ahan, pemusyrikan dan menghalalkan darah serta harta kaum
muslimin yang ber- dosa. Hal ini justru menjadi ciri khas kaum Wahabi Takfiri
atau yang di zaman ini sebagai perwujudan kaum Khawarij dan Mujasim modern.
Jargon mereka yang terkenal adalah “ Kembali
kepada Quran dan Sunnah “ maksudnya adalah kembali kepada
pemahaman Quran dan Sunnah ala mereka, bukan ala Nabi Saw, para sahabatnya yang
mulia dan para ulama salafus shalih.
Siapa pun yang menguasai Makkah dan Madinah sudah pasti mereka akan
memelihara dan menjaga dua kota suci tersebut, siapa pun khalifahnya. Sudah
sedari dulu, siapa pun penguasanya mereka pasti akan selalu membantu
negara-negara Muslim lainnya. Tetapi yang sangat aneh,
mengapa Kerajaan Arab Saudi tidak pernah memberi bantuan kepada Palestina ? Bahkan mereka memberikan negara penuh berkah tersebut kepada Inggris.
Apakah ini yang dikatakan negara Islam yang menjalankan al-Quran dan as-Sunnah
?
Setelah kekalahan telak
yang dialami pasukan Muhammad ibn Sa’ud oleh pasukan Islam dari kekhalifahan
Turki Utsmani pada tahun 1815. Muhammad ibn Sa’ud beserta beberapa anggota
kelurganya di tawan dan di bawa ke kota Kairo dan kemudian dipindahkan ke
Konstantinopel ibukota kekhalifahan Turki Utsmani. Muhammad ibn Sa’ud dan
anggota keluarganya di arak untuk dipertontonkan kepada kaum muslimin bahwa ia
adalah otak dari pemberontakan sekaligus Dajjal yang telah membunuhi ribuan
kaum muslimin yang tidak berdosa di jazirah Arab. Kemudian kepalanya dipenggal
dan tubuhnya dipertontonkan kepada kerumunan kaum muslimin yang marah karena
ulahnya. Sedangkan sisa-sisa keluarganya di penjara di kota Kairo.
Kurang lebih 87 tahun
kemudian, pada tahun 1902 cucunya Muhammad ibn Sa’ud yang bernama Abdul Aziz
bin Abdurrahman ibn Sa’ud yang kabur ke Turki memulai kembali usaha untuk
mengembalikan kejayaan Klan Sa’ud yang pernah dirintis oleh kakeknya. Dengan
bantuan Klan as-Sabah di Kuwait dan campur tangan Inggris akhirnya mereka mulai
melakukan invasi berdarahnya kembali. Pada tahun 1953 Ibnu Sa’ud mati dan
digantikan oleh Raja Sa’ud dan kemudian Raja Faisal.
Rajutan cinta yang
dahulu terputus dengan kerajaan Inggris akhirnya bersemi kembali. Hal ini
dibuktikan dengan adanya beberapa perjanjian atau traktat dengan pihak kerajaan
Inggris melalui beberapa surat yang dikirimkan oleh pemimpin Salafi Wahabi pada
tanggal 13 Juni 1913 kepada wakil Inggris Percy Cox sebagai berikut :
وبالنظر إلى مشاعرى
الودية تجاهكم أودّ أن تكن علاقاتى معكم كالعلاقات الّتى كانت قائمة بينكم وبين
اسلافى كما أودّ أن تكون قائمة بينى وبينكم
“
Dan dengan melihat perasaan cintaku kepada kalian, aku sangat berharap
hubunganku dengan kalian seperti hubungan-hubungan yang telah lama terjalin
antara kalian dengan para leluhurku, sebagaimana aku sangat berharap hubungan
itu tetap terjalin (baik) antara aku dengan kalian “
Dalam Muktamar
al-Aqir tahun 1927 M / 1341 H di distrik Ahsaa telah ditanda tangani sebuah
perjanjian resmi antara pihak Wahabi dengan pemerintah Inggris. Tertulis dalam
kesepakatan itu kalimat-kalimat yang ditorehkan oleh pimpinan Wahabi yang
berbunyi :
...
أقرّ وأعترف ألف مرة للسّير برسى كوسى مندوب بريطانيا العظمى لامانع عندى من
إعطاء فلسطين لليهود أو غيرهم كما تراه بريطانيا التى لا أخرج عن رأيها حتى
تصيح الساعة
“ Aku
berikrar dan mengakui 1000 kali kepada Sir Percy Cox wakil Britania Raya, tidak
ada halangan bagiku (sama sekali) untuk memberikan Palestina kepada Yahudi atau
yang lainnya sesuai dengan keinginan Inggris, yang mana aku tidak akan keluar
dari keiginan Inggris sampai hari kiamat “
Bahkan ketika pecah
perang yang dilancarkan Israel pada bulan Juni 1967 kepada sebagian
negara-negara Arab dengan dukungan Amerika dan Eropa barat, pemimpin Wahabi
baru datang dari negara-negara Barat itu menyampai- kan pidato pada tanggal 6
Juni sebagai berikut :
ايها
الإ خوان لقد جئتكم من عند إخوان لكم فى أمريكا وبريطانيا وأو روبا تحبونهم
ويحبوننا
“ Wahai
saudara-saudaraku,aku (baru saja) datang dari saudara-saudara kalian di
Amerika, Britania, dan Eropa. Kalian mencintai mereka, dan mereka pun
mencintai kalian “
Kemudian pada tahun
1969, saat diwawancarai koran Washington Post, pimpinan Wahabi mengakui adanya
kedekatan khusus dengan kaum Zionis Israel, lalu berkata :
إننا واليهود إبناء
عم خلص, ولن ترضى بقذفهم فى البحر كما يقول البعض, بل نريد التعايش معهم بسلام
“ Sesungguhnya
kami dengan bangsa Yahudi adalah sepupu. Kami tidak akan rela melemparkan
mereka ke laut sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian orang, melainkan kami
ingin hidup bersama mereka dengan penuh kedamaian “ 5
Para
peneliti sejarah aliran Wahabiyah telah membuktikan bahwa untuk memurnikan tauhid hanyalah sebuah slogan
yang dibentuk atas perintah langsung kementrian Urusan Penjajahan Kerajaan
Inggris. Setelah mendapatkan kaum
muslimin yang dapat dijadikan sebagai boneka-boneka bodohnya, kemudian
konspirasi penjajah Eropa Yahudi mengirimkan berbagai keperluan operasional,
logistik, tentara bayaran dan istruktur-instruktur tentara bayaran yang
disupport sepenuhnya oleh kekuatan sekutu untuk mendukung gerakan Wahabi yang
dimotori oleh Muhammad Ibnu Sa’ud dan Muhammad ibnu Abdil Wahhab dalam
melakukan pemberontakan terhadap kekhalifahan Turki Ottoman yang sah dengan
impian tingginya untuk mendirikan Haikal Sulaiman di tanah al-Haramain.
Gilanya
lagi, setelah tertangkap basah dan terekam secara sah oleh sejarah dan zaman,
mereka masih membela diri dengan berkata : “Kami memberontak karena
kekhalifahan Turki Ottoman sudah korup, banyak kemaksiatan yang terjadi, negara
sudah tidak stabil” dan banyak ucapan lainnya yang mereka buat untuk
menghalalkan sesuatu yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Dan logika
sederhananya adalah, apabila dikarenakan kekhalifahan Turki Ottoman sedemikian
carut marutnya sehingga halal memberontak, maka lebih halal pula memberontak di
kerajaan Saudi Arabia sekarang. Karena keadaan negara mereka yang dipenuhi
dengan sejarah pembunuhan, pembantaian, siksaan terhadap para ulama, bayi dan
ibunya disembelih ketika digendong, sebagaimana yang terekam dengan baik dalam
kitab-kitab sejarah Islam.
Gerakan Wahabi yang didanai oleh Inggris dan
Yahudi ini banyak memaksa kaum muslimin untuk menjadi tentara mereka. Ada
sebuah camp tempat pelatihan yang dinamakan dengan Hajar al-Arkawiyah di mana
para intruktur militer dari negara Inggris melatih daya tempur mereka dan menancapkan
doktrin pada para pengikutnya, bahwa siapa pun orang Islam yang tidak bermazhab
Wahabi adalah kafir dan halal darahnya.
8 Padahal orang-orang
Inggris ini pun tidak semazhab dengan mereka, bahkan mereka benar-benar kafir
mutlak tetapi mana berani para Wahabi menganggapnya kafir dan menghalalkan
darah mereka ? Mereka lebih mencintai orang-orang Inggris yang memperbudak
mereka, dan lebih membenci kaum musimin yang berbeda dengan mereka. Padahal
Iblis saja tidak pernah menaruh rasa benci sebesar ini terhadap umatnya Nabi
Saw.
Mereka
yang sudah digembleng menjadi tentara pem- bunuh menjadi hilang rasa
kemanusiaannya, dan berubah total menjadi mesin pembunuh yang sadis dan paling
biadab, mirip dengan tentara Hulagu Khan atau yang menghabisi kekhalifah
Dinasti Abbasiyah secara keji dan biadab atau mirip dengan tentara Serbia yang
membantai ratusan ribu warga muslim di Bosnia Herzegovina.
Untuk
mengelabui kaum muslimin di masa yang akan datang mereka memberikan identitas
kepada para pembunuh dan tentara bayarannya sebagai berikut :
1. Mereka menamakan mesin
perangnya dengan sebutan al-Ikhwan
2. Mereka menamakan
peperangannya dengan sebutan Jihad
- Mereka menamakan penyerbuannya dengan sebutan Ghazawat
- Mereka menamakan kemenangannya dengan sebutan Futuhat
- Mereka menamakan prajuritnya yang mati dengan sebutan Syuhada
- Menamakan musuhnya dari kaum muslimin dengan nama kaum kafir
Lihatlah
pengelabuan dan pemutarbalikkan fakta yang mereka lakukan terhadap syariat dan
kaum muslimin di masa yang akan datang. Benar-benar sempurna kelicikan dan tipu
daya mereka ini. Semoga laknat Rasul-Nya abadi bagi mereka. Sekte
teredan di muka bumi ini kemudian menutupi kebejatan serta kebiadaban mereka
dengan berlindung dengan menisbatkan mazhabnya kepada Imam Ahmad bin Hanbal,
sehingga sebagian para kyai dan ulama yang tidak menyelami mazhab Imam Ahmad
pun mengamini dan mengimaninya. Terlebih masyarakat awam yang pengetahuannya
jauh di bawah para kyai dan ulama.
Padahal
dakwah yang dijalankan oleh Wahabi dan pengikutnya ini merupakan kedok untuk
menutupi jaringan konspirasi dan kerja sama busuk mereka dengan kaum penjajah Eropa
yang membawa sekalian dendam kesumat atas kekalahan mereka di perang Salib
lalu. Karena untuk membantai kaum muslimin secara langsung dengan tangan mereka
tidak mungkin, maka mereka menggunakan boneka-bonekanya yang bodoh dan dungu
ini dengan dalil “Ijtihad“, yang benar ijtihadnya mendapatkan pahala dua, dan
yang salah mendapatkan pahala satu. Jadi bagi kaum Salafi wahabi ini, membunuh
kaum muslimin akan mendapatkan pahala karena berdasarkan ijtihad ulama mereka
katanya. Benar-benar EDAN !!!
Lebih ekstremnya lagi,
ketika mereka sudah merasa kuat (dengan dukungan pemerin- tah dan sebagian
partai politik), maka propaganda mereka jalankan dengan terang-terangan, bahkan
tak jarang sampai pada perebutan atau penguasaan lahan dakwah seperti mesjid,
mushalla, majlis ta’lim di kantor-kantor, atau minimal merintis kumpulan
pengajian tandi- ngan baik di tempat-tempat tersebut maupun di rumah-rumah.
Akibatnya, tanpa disadari mereka sudah menguasai berbagai sarana kegiatan
dakwah di beberapa komplek perumahan, dan telah merebut anggota jama’ah
pengajian para ustad di wilayah setempat, yang berbuntut pada terganggunya
hubungan silaturrahmi antara anggota jama’ah tersebut.
Tidak sampai di sana
saja, bahkan mereka pun mem- buat gerakan pengajian ibu-ibu yang dinamakan “ Liqa
“. Yang menurut sumber yang paling shahih berada dalam garis manajemen Partai
Keadilan Sosial (PKS). Mereka mendakwahkan kepada para ibu-ibu untuk menjadikan
Indonesia sebagai negara yang berbasis khilafah, bukan UUD dan Pancasila.
Kemudian lambat-laun mereka mulai memasuki ranah khilafiyah seperti Yasinan,
Tahlilan, Ziarah Kubur, Istighatsah, Shalawatan, Maulid Nabi dan hal-hal yang
selama ini mereka anggap pelakunya adalah ahli neraka. Jadi bagaimana kita bisa
mengatakan gerakan ini adalah gerakan pemersatu umat dan bangsa ? Mereka adalah
gerakan aktif yang akan melumatkan apa pun yang mereka anggap tidak sejalan
dengan batok kepala mereka. Mereka adalah pemecah belah umat berdasarkan kajian
historis dan analisis hadits.
Secara resmi negara Saudi ini
memperingati kemerdekaannya pada tanggal 23 September 1932. Pada saat itulah,
tahun 1932 Kerajaan Saudi Arabia (al-Mamlakah al’Arabiyah as-Su’udiyah).
Abdul Aziz pada saat itu berhasil menyatukan dinastinya, menguasai Riyadh,
Nejd, Hasa, Asir, dan Hijaz. Abdul Aziz juga berhasil mempolitisasi pemahaman
Wahabi untuk mendukung kekuatan politiknya. Sejak awal, Dinasti Sa’ud secara
terbuka telah mengumumkan dukungannya dan mengadopsi penuh ide Wahabi yang
dicetuskan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang kemudian dikenal dengan
geakan Wahabi. Dukungan ini kemudian menjadi kekuatan baru bagi dinasti Sa’ud
untuk melakukan perlawa- nan terhadap Khilafah Utsmaniyah. (Jadi jelaslah,
bahwa Kerajaan Saudi Arabia yang dirajai oleh Abdul Aziz dan keturunannya sampai
sekarang tidak pernah mengadopsi paham Ahlussunah wal jama’ah yang dibawa oleh
para imam mazhab, bahkan mereka mengkafirkan seluruh imam mazhab dan
penganutnya).
Hanya saja, keberhasilan Dinasti Sa’ud ini tidak lepas dari bantuan
Inggris. Mereka bekerjasama untuk memerangi pemerintahan Khilafah Islamiyah.
Sekitar tahun 1792-1810, dengan bantuan Inggris mereka berhasil menguasai
beberapa wilayah di Damaskus. Hal ini membuat Khilafah Islamiyah harus mengirim
pasukannya untuk memadamkan pemberontakan ini. Fase pertama, pemberontakan
Dinasti Sa’ud ber-hasil diredam setelah pasukan Khilafah Islamiyah berhasil
merebut kota ad-Diriyah. Pada tahun 1902, ketika kekuatan Khalifah Islamiyah
melemah, Abdul Aziz menyerang dan merebut kota Riyadh dengan bantuan Inggris.
Pada tahun 1916, Abdul Aziz menerima 1300 senjata dan 20.000 keping emas
dari Inggris. Mereka juga berunding untuk menentukan perbatasan negerinya, yang
ditentukan oleh Percy Cox, utusan Inggris. Percy Cox mengambil pensil dan
kertas kemudian menentukan (baca : memecah belah) perbatasan negeri tersebut. Tidak hanya itu, Inggris pun membantu Ibnu Sa’ud saat
terjadi perlawanan dari Duwaish (salah satu suku dari Nejd). Suku ini
menyalahkan Ibnu Sa’ud yang dianggap terlalu menerima inovasi Barat. Sekitar
tahun 1927-1928, angkatan Udara Inggris dan pasukan Ibnu Sa’ud mengebom suku
tersebut. Mengingat kerja sama mereka yang sangat erat,
Inggris member gelar kebangsawanaan “ Sir “ untuk Abdul Aziz bin Abdurrahman.
Adapun persahabatan Saudi dengan AS diawali dengan ditemukannya ladang
minyak di negara itu. Pada 29 Mei 1933, Standart Oil Company dari California
memperoleh konsesi selama 60 tahun. Perusahaan ini kemudian berubah nama
menjadi Arabian Oil Company pada tahun 1934. Pada mulanya, pemerintah AS tidak
begitu peduli dengan Saudi. Namun, setelah melihat potensi besar minyak negara
tersebut, AS dengan agresif berusaha merangkul Saudi. Pada tahun 1944, Deplu AS
menggambarkan daerah tersebut seba-gai “ Sumber yang menakjubkan dari kekuatan
strategi dan hadiah yang terbesar dalam sejarah dunia “.
Untuk kepentingan minyak, secara khusus wakil perusahaan Aramco, James A.
Moffet, menjumpai Presiden Roosevelt (April 1941) untuk mendorong pemerintah AS
meberikan pinjaman utang kepada Saudi. Utang inilah yang kemudian semakin menjerat
negara tersebut menjadi “budak“ AS. Pada
tahun 1946, Bank Ekspor-Impor AS memberikan pinjaman kepada Saudi sebesar $10
juta dolar. Tidak hanya itu, AS juga terlibat langsung dalam “membangun“ Saudi
menjadi negara modern, antara lain dengan memberikan pinja- man sebesar
$100juta dolar untuk pembangunan jalan kereta api yang menghubungkan ibukota
dengan pantai timur dan barat. Tentu saja, utang ini kemudian semakin menjerat
Saudi sampai sekarang.
Konsesi lain dari persahabatan Saudi-AS ini adalah
penggunaan pangkalan udara selama tiga tahun oleh AS pada tahun 1943 yang hebatnya
hingga saat ini terus dilanjutkan. Pangkalan Udara
Dhahran menjadi pangkalan militer AS yang paling besar dan lengkap di Timur
Tengah. Hingga saat ini, pangkalan ini menjadi basis strategi AS, terutama saat
menyerang negeri Muslim Irak dalam Perang Teluk II. Penguasa
Kerajaan Saudi dengan “ sukarela “ membiarkan wilayahnya dijadikan basis AS
untuk membunuhi sesama Muslim. AS pun kemudian
sangat senang dengan kondisi ini.
Arab Saudi menjadi pendukung penuh AS baik secara politis
maupun ekonomis dalam Perang Teluk II. Saudi juga mendukung serangan AS ke
Afganistan dan berada di sisi Amerika untuk memerangi teroris. Untuk membuktikan kesetiaannya itu, Saudi pada tanggal 17 Juni 2002
mengumumkan bahwa aparat keamanannya telah menahan enam orang warga negaranya
dan seorang warga Sudan yang di dakwa menjadi angota al-Qaeda. Tujuh orang itu
didakwa berencana untuk menyerang pangkalan militer Amerika dengan rudal SAM-7.
Masih dalam rangka kampanye AS ini, Saudi
menghabiskan jutaan dolar untuk membuat opini umum, antara lain lewat iklan
bahwa Saudi adalah mitra AS dalam “perang anti terorisme “ (K.Com, Newsweek, 03/05/2002). (Padahal seluruh dalang penjajahan dan
teror di tanah Arab seperti di Iraq, Libya, Mesir dan Suriah adalah Arab Saudi dan AS).
Penguasa Saudi juga dikenal kejam terhadap kelompok-kelompok Islam yang
meng- kritisi kekuasaannya. Banyak ulama berani dan salih yang dipenjarakan
hanya karena mengkritik keluarga Kerajaan dan pengurusannya terhadap umat. Tidak hanya itu, tingkah polah keluarga kerajaan dengan gaya
hidup kapitalisme sangat menyakitkan hati umat. Mereka hidup bermewah-mewah,
sementara pada saat yang sama mereka membiarkan rakyat Irak dan Palestina hidup
menderita akibat tindakan AS yang terus menerus dijadikan Saudi sebagai mitra
dekat.
Benarkah Saudi merupakan negara Islam ? Jawabannya “ Tidak sama sekali “ Apa yang dilakukan
oleh negara ini justru banyak yang menyimpang dari syariat Islam. Beberapa
bukti antara lain :
Pertama, berkaitan dengan sistem
pemerintahan, dalam pasal 5.a Konstitusi Saudi ditulis : Pemerintah yang
berkuasa di Kerajaan Saudi adalah Kerajaan. Dalam sistem Kerajaan berarti
kedaulatan mutlak ada di tangan raja. Rajalah yang berhak membuat hukum.
Meskipun Saudi menyatakan bahwa negaranya berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah,
dalam praktiknya, dekrit rajalah yang paling berkuasa dalam hukum (bukan al-Quran
dan as-Sunnah). Sementara itu, dalam Islam bentuk negara adalah Khilafah
Islamiyah, dengan kedaulatan ada di tangan Allah Swt, rasul-Nya dan orang-orang
yang berilmu (para ulama).
Kedua, dalam sistem Kerajaan, rajalah
yang juga menentukan siapa penggantinya, biasanya adalah anaknya atau dari
keluarga dekat, sebagaimana tercantum dalam pasal 5.c : Raja memilih
penggantinya dan diberhentikan lewat dekrit kerajaan. Siapa pun mengetahui, siapa yang menjadi raja di Saudi
haruslah orang yang sejalan dengan kibijakan AS. Sementara itu, dalam Islam,
Khalifah di pilih oleh rakyat secara sukarela dan penuh keridhaan.
Ketiga, dalam bidang ekonomi, dalam
praktiknya, Arab Saudi menerapkan sistem ekonomi kapitalis. Ini tampak nyata
dari diperbolehkannya riba (bunga) dalam transaksi nasional maupun
internasional di negara itu. Hal ini tampak dari beroperasinya banyak bank
“ribawi“ di Saudi seperti “ The British-Saudi Bank, American-Saudi Bank, dan
Arab-National Bank. Hal ini dibenarkan berdasarkan bagian b pasal 1
undang-undang Saudi yang dikeluar- kan oleh Raja (no.M/5 1386 H).
Keempat, demi
alasan keamanan keluarga kerajaan, pihak kerajaan Saudi Arabia telah
menghabiskan 72 miliar dolar dalam kontrak kerjasama militer dengan AS. Saat
ini lebih dari 5000 personel militer AS tinggal di Saudi. Sungguh sangat berakal dan beradab membiarkan musuh-musuh Islam
berkonspirasi di negaranya, sedangkan banyak hal yang dapat dilakukan untuk
Palestina, Irak, Suriah, Libya, Afganistan dengan 72 miliar dollar, hal ini dilakukan
oleh Kerajaan Saudi karena lebih mencintai Amerika dan musuh-musuh Islam
daripada mencintai negara muslim.
Apa yang terjadi di Saudi ini hanyalah salah satu contoh di antara sekian
banyak contoh para penguasa Muslim yang melakukan pengkhianatan kepada umat.
Tidak jarang para pengkhianat umat ini menamakan rezim mereka dengan sebutan
negara Islam, negara yang berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah, meskipun pada
praktiknya jauh dari Islam. Begitu juga para partai pendukungnya akan melakukan
iklan agamis yang sama : partai yang bersih walaupun tidak bersih, partai yang
jujur walaupun isinya para penipu dan koruptor, partai yang agamis walaupun
sebenarnya tidak paham agama, dan banyak lagi slogan-slogan yang mencitrakan
kebaikan itu hanya berada pada partai mereka. Kenalilah bahwa sesungguhnya
partai-partai seperti ini justru menjadi partai pembohong dan pendukung
musuh-musuh Islam.
Sesungguhnya kebenaran itu tidak datang dalam seketika, tetapi ketika
kebenaran itu datang sikapilah dengan kesadaran, kedinamisan akal sehat anda,
dan tanyalah kepada hati nurani terdalam, apakah pantas partai yang mengatasnamakan
Islam mendukung musuh-musuh Islam ?
Tidaklah akal seseorang itu tercerahkan setelah datangnya cahaya hidayah.
Sedangkan penolakan terhadap cahaya hidayah merupakan pengingkaran terhadap
pemberi hidayah itu sendiri. Tidak ada pilihan lain bagi kita, kecuali menghadapi dan menghancur- kan musuh-musuh
Islam, baik yang tersurat ataupun yang tersirat dengan segala bentuk potensi
yang diberikan Allah Swt kepada kita semua.
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
ReplyDelete