Thursday, 14 May 2015

Bolehkan Memberi Makanan Bagi Para Pelayat ?


Assalamu’alaikum wr.wb
Kaum Muslim banyak yang dikacaukan dengan pernyataan yang menyatakan : “ Bahwa menyiapkan makanan untuk para pelayat merupakan bid,ah munkarah “, padahal sesungguhnya hal tersebut adalah sunnah yang sangat baik. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits shahih :

حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ خَالِدٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَعْفَرٍ قَالَ: لَمَّا جَاءَ نَعْيُ جَعْفَرٍ، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اصْنَعُوا لِأَهْلِ جَعْفَرٍ طَعَامًا، فَإِنَّهُ قَدْ جَاءَهُمْ مَا يَشْغَلُهُمْ


Mengabarkan kepada kami Sufyan bin Uyainah, dari Ja’far bin Khalid dari bapaknya, dari Abdullah bin Ja’far berkata : Ketika musibah (kematian) datang kepada Ja’far, bersabda Rasullah Saw : Buatkanlah makanan untuk keluarga Ja’far, karena mereka tengah disibukkan oleh adanya duka kematian (Sunan Turmudzi 3/314, Sunan Ibnu Majah 1/514 mereka menshahih- kannya begitu dengan Imam yang lain lihat : Musnad Abu Dawud ath-Thayalis 2/284, Musnad asy-Syafi’i 1/361, 2/96, Mushanaf Abdur razzaq 3/550, Musnad Ishaq bin Rahawaih 5/41, Musnad Ahmad 3/280, Musnad al-Bazzar 6/203, Musnad Abu Ya’la 12/173, al-Mu’jam al-Kabir, ath-Thabarani 2/108, as-Sunan ash-Shagir, al-Baihaqi 2/32 (derajat hadits shahih/masyhur)


Di dalam hadits lain dikatakan sebagai berikut :
أَخْبَرَنَا عَاصِمُ بْنُ كُلَيْبٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ رَجُلٍ، مِنَ اْلاَ نْصَارِ، قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي جَنَازَةٍ، فَرَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَلَى الْقَبْرِ يُوصِي الْحَافِرَ: أَوْسِعْ مِنْ قِبَلِ رِجْلَيْهِ، أَوْسِعْ مِنْ قِبَلِ رَأْسِهِ» خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  فَلَمَّا رَجَعَ اسْتَقْبَلَهُ دَاعِي امْرَأَةٍ فَجَاءَ وَجِيءَ بِالطَّعَامِ فَوَضَعَ يَدَهُ، ثُمَّ وَضَعَ الْقَوْمُ، فَأَكَلُوا، فَنَظَرَ آبَاؤُنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَلُوكُ لُقْمَةً فِي فَمِهِ
“ Mengabarkan kepada kami dari Ashim bin Kulaib dari bapaknya dari seorang laki-laki Anshar, ia berkata, “ Kami bersama Rasulullah Saw keluar menuju pemakaman jenazah, sewaktu hendak pulang muncullah istrinya orang yang mati itu, untuk mengundang kami untuk singgah, kemudian ia menghidangkan makanan, Rasulullah Saw pun mengambil makanan tersebut dan memakannya, kemudian para sahabat pun memakannya “ (Hadist ini dishahihkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Abu Dawud, lihat Sunan Abu Dawud  3 / 244)
Diriwayatkan pula hadits shahih lainnya sbb :
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ عُقَيْلٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ، زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنَّهَا كَانَتْ إِذَا مَاتَ المَيِّتُ مِنْ أَهْلِهَا، فَاجْتَمَعَ لِذَلِكَ النِّسَاءُ، ثُمَّ تَفَرَّقْنَ إِلَّا أَهْلَهَا وَخَاصَّتَهَا، أَمَرَتْ بِبُرْمَةٍ مِنْ تَلْبِينَةٍ فَطُبِخَتْ، ثُمَّ صُنِعَ ثَرِيدٌ فَصُبَّتِ التَّلْبِينَةُ عَلَيْهَا، ثُمَّ قَالَتْ: كُلْنَ مِنْهَا، فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «التَّلْبِينَةُ مُجِمَّةٌ لِفُؤَادِ المَرِيضِ، تَذْهَبُ بِبَعْضِ الحُزْنِ»
“ Meriwayatkan kepada kami Yahya bin Bukairin, meriwayatkan kepada kami al-Laits, dari ‘Uqail dari ibn Syihab dari Urwah, dari Aisyah istri Nabi Saw, bahwa apabila seseorang dari keluarga Aisyah meninggal, lalu orang-orang perempuan berkumpul untuk bertakziyah, kemudian mereka berpisah kecuali keluarga dan orang-orang terdekatnya, maka Aisyah menyuruh dibuatkan talninah (sop atau kuah dari tepung dicampur madu) seperiukkecil, lalu dimasak. Kemudian dibuatkan bubur, lalu sop tersebut dituangkan ke bubur itu. Kemudian Aisyah berkata : “ makanlah karena aku mendengar Rasulullah Saw bersabda : “ Talbinah dapat menenangkan hati orang yang sakit dan menghilangkan sebagian kesusahan “ (Shahih Bukhari 7/75, Shahih Muslim 4/1736, Musnad Ahmad 32/12 (derajat hadits shahih/masyhur)
Para ulama sepakat mengharamkan bagi keluarga mayat untuk menyibukkan diri menyiapkan makanan bagi para pelayat. Tetapi selain dari mereka seperti keluarganya atau para tetangganya diperbolehkan untuk menyiapkannya.


No comments:

Post a Comment