Thursday 14 May 2015

Kesamaan antara PKI dan Wahabi


Menyingkat kata, saya akan uraikan persamaan antara Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Wahabi sebagai berikut :
A.INTERNASIONALIS
1.      Baik PKI  maupun Wahabi berorientasi Internasional. Dahulu PKI dianggap kepanjangan tangan Partai Komunis Sovyet dan China. Meskipun Partai Komunis di kedua negara itu berbeda dengan PKI. Demikian pula halnya dengan Wahabi merupakan kepanjangan tangan Zionis Yahudi. Cita-cita gerakan komunis, tercipta keadilan distributif ala sosialisme di seluruh negeri. Sedangkan gerakan Wahabi menginginkan negara yang disempalinya berbasis wahabisme dan radikalisme.
2.      PKI  tidak secara terang-terangan mengacu kepada gerakan Komunisme di Uni Soviet dan China. Demikian pula halnya dengan Wahabi. PKI dan Wahabi memiliki orientasi gerakan yang sama : universal internasionalis.
3.      Wahabi di Indonesia memiliki kekuatan dari dalam parlemen yang diwakili oleh sebagian orang-orang dari PKS.  Bisa kita bandingkan dengan Partai Politik yang ada sekarang di Indonesia di luar PKS. Apakah ada yang memiliki orientasi Internasionalis, selain PKS ?. Di luar partai , ada ormas seperti Hizbut Tahrir, yang juga berorientasi Internasionalis.
4.      Jaringan Internasionalis antar komune (PKI) dan Wahabi menjadikan ikatan solidaritas dan persaudaraan lintas negara menjadi kuat. Seperti PKI yang membantu mengembangkan gerakan Komunis di Vietnam, dan merespon ketegangan blok Soviet dan Amerika. Demikian halnya dengan Wahabi yang sangat cepat merespon hal-hal yang diangggap membahayakan kerajaan Arab Saudi.  Makanya tak mengherankan jika PKS yang menjadi bidak caturnya lebih peduli dengan isu Palestina, ketimbang isu Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab yang menderita. Karena lebih terikat pada Internasionalis daripada Ikatan Nasionalis yang menjadi korban, mayoritas juga Muslim yang teraniaya.
5.      Untuk menunjang ikatan solidaritas persaudaran, PKI membangun Poros Jakarta Peking. Sedangkan PKS sebagai bidak caturnya, membangun poros Indonesia Turki. Selain membangun komunikasi juga membuat program pendidikan para kader. Persis dengan PKI yang mengirim kadernya untuk belajar di Universitas di China, Moskow, Prancis dan negara Eropa lainnya. Para kader Wahabi pun mendapat jalan untuk mengirimkan kadernya untuk belajar di pelbagai Universitas di Timur Tengah di mana mentornya ada di sana. Seperti di Syria, Yordania, Iraq, Libanon, Turki, Arab Saudi, Yaman dan Sudan.

B.MUSUH BERSAMA
1.      Perbedaan ideologi memacu ketegangan antar blok dunia. Meskipun Indonesia secara nyata berada pada posisi Non Blok, akan tetapi karena pengaruh PKI, Sukarno sering menyerang kebijakan Amerika dan Inggris. Kebencian terhadap Amerika dan Inggris, sama dengan partai Komunis di negara manapun. Demikian juga dengan kader-kader Wahabi yang memandang Amerika dan Israel sebagai musuh bersama (Ini hanya trik saja).
2.      Untuk identifikasi musuh, maka diciptakan jargon bersama. PKI menyebut Amerika dan sekutunya sebagai bahaya Imperialisme. Sedangkan kader-kader Wahabi menyebutnya sebagai bahaya Zionis. Jargon ini seragam di negara mana pun. Secara tidak langsung menunjuk pada sasaran yang sama : Amerika dan Israel.
3.      Sementara untuk musuh di dalam negeri, mereka biasa menyebut dengan istilah “ antek atau agen“. PKI menyebut antek atau agen Imperialis, sedangkan kader-kader Wahabi menyebut antek atau agen Zionis. Siapa pun orang atau organisasi yang mereka anggap musuh, maka akan keluar stigma ini. Bahkan, bagi kaum muslimin yang tidak mendukung dakwah mereka sekarang ini muncul lagi sebuah jargon dengan melabelkan “Syiah“ kepada mereka.
4.      Baik PKI maupun kader-kader Wahabi tidak menyukai hal yang berbau “barat“. Bagi mereka barat identik dengan Liberal. PKI sering menuding para pejabat negara dengan gaya hidup mewah dicap sebagai perilaku Liberal. Demikian pula dengan kader-kader Wahabi yang sering menuding orang dengan cap serupa : Liberal. Di antaranya menuding Liberal kepada media massa. Padahal senyatanya prinsip liberal (kebebasan) pers hanya tumbuh di negara-negara demokratis. Hanya negara yang otoriter yang membatasi ruang kebebasan pers. Seperti di Uni Soviet atau di zaman Orde Baru di bawah pemerintah Soeharto.
5.      Ketika Uni Soviet berhadapan dengan sekutunya yang dipimpin oleh Amerika dalam perebutan Jerman tahun 1945, maka saat itu, kebencian terhadap Amerika dan sekutunya lahir. Kebencian Uni Soviet terhadap Amerika ditularkan gerakan komunis di Indonesia. Demikian juga dengan gera- kan Wahabi Takfiri yang secara langsung terlibat perang di Syiria melawan pemerintah yang sah, yaitu Bassir al-Assad. Kebencian terhadap pendukung Bassir al-Assad, Republik Islam Iran dan penolakan terhadap kebiadaban rezim kerajaan Arab Saudi ditularkan juga ke Indonesia.
6.      PKI dan kader-kader Wahabi sangat kaya perbendaharaan untuk memberi stempel bagi musuh-musuhnya. Dahulu ada cap seperti kaum sarungan, tuan tanah, feodal, kapitalis birokrat (kabir), sektarian, revisionis, dan anti rakyat. Sekarang muncul cap kafir, dajjal, tukang fitnah, thogut, musyrik dll. Pendekatan kata, baik PKI atau kader-kader Wahabi sangat mudah memberi cap stempel kepada musuh-musuhnya.

C. METODE GERAKAN
1.      Aksi massa, mobilisasi dan demostrasi digunakan sebagai metode gerakan baik oleh PKI maupun kader-kader Wahabi. Hal ini untuk menguji para kader pada satu isu dan terdisiplinkan. PKI sering menggunakan Gelora Istora Senayan untuk mengumpulkan para kader. Mendengar pidato Aidit. Dan para petani, buruh sering melakukan demo ke kedutaan dan gedung pemerintahan. Demikian juga dengan kader-kader Wahabi. Berbeda dengan mobilisasi massa atau demonstrasi yang dilakukan oleh kelompok lain, Baik kader-kader Wahabi maupun PKI, demonstrasi nampak lebih tertib dan disiplin.
2.      Aksi massa terorganisir dan sepihak juga digunakan. Biasa dikenal istilah “ Pendudukan “. Para kader PKI sering melakukan aksi sepihak dengan menduduki tanah-tanah di pedesaan. Sedangkan kader-kader Wahabi wilayah pendudukannya adalah Mesjid dan Lembaga intra kampus. Karena basis PKI dan kader-kader Wahabi berbeda. Tetapi sama dalam pengertian aksi sepihak atau pendudukan okupasi.
3.      Mendirikan Partai politik dan ikut pemilu. Gerakan komunis di Indonesia dimulai dengan perpecahan di tubuh SI pada tahun 1918. Setelah itu SI Merah masuk ke basis buruh. Peristiwa pemberontakan pertama dikenal dengan pemogokan buruh pada tahun 1926. Sifat pemberontakan PKI, kembali terjadi pada peristiwa Madiun 1948. Tetapi kemudian PKI mengubah siasat dengan ikut Pemilu pada tahun 1955. Demikian juga halnya dengan kader-kader Wahabi yang mendirikan PK yang kemudian berganti nama menjadi PKS yang awalnya adalah kelompok tarbiyah di mesjid dan kampus. Sistem gerilya dilakukan . Meskipun ada cikal bakal pemberontakan, seperti keterlibatan Hilmi Aminuddin (Ketua Dewan Syura PKS) dalam gerakan NII. Atau keterlibatan Danu Mohamad Hasan (Ayah Hilmi Aminuddin) dalam pemberontakan DI/TII. Tetapi untuk sementara metode frontal ini diredam dahulu. Dan memilih metode pendirian partai secara formal dan ikut pemilu. Pada tahun 1998, kelompok ini membentuk PK dan ikut Pemilu.
4.      Kemampuan menggalang dan konsolidasi PKI dan PKS tidak diragukan lagi. Bayangkan, setelah dihajar oleh TNI pada pemberontakan Madiun 1948, dapat bangkit kembali. Dalam waktu 7 tahun dapat masuk 5 besar partai yang menang Pemilu 1955. Begitu juga dengan PKS. Dalam waktu yang relatif singkat dapat masuk 5 besar pada pemilu 2009. Bahkan perolehan suara antara tahun 1999 ke 2004, melonjak hingga 600%.
5.      Baik PKI atau PKS, menganggap partai adalah komunitas. Bukan semata kendaraan politik. Partai harus memberi jawaban atas masalah anggota, simpatisan dan kader. Baik masalah ekonomi maupun sosial. Kantor partai PKI dan PKS adalah markas yang hidup dan dinamis. Semua hal diurus. Dari urusan anggota yang melahirkan hingga meninggal dunia.

D. PARTAI KADER
1.      Pembinaan kader yang dilakukan oleh PKI dan PKS menggunakan sistem sel. Membentuk kelompok kecil beranggotakan tidak lebih dari 7-10 orang dan dibina oleh seorang mentor. Istilah “ dibina “ dahulu dipergunakan juga oleh PKI. Sehingga jelas hubungan antara mentor (guru/murrobi) dan kader (murid). Setiap seminggu sekali, para mentor akan bertemu untuk melaporkan perkembangan binaan masing-masing dalam rapat bersama antara mentor. Usroh, sistem sel ini bersifat eksklusif. Jelas perjenjangan kadernya. Hubungan guru dan murid digunakannya oleh kalangan NU, dengan hubungan Kiai dan Santri. Tetapi hubungan ini tidak dilakukan dalam sistem sel.
2.      Dalam pola yang seperti ini, sulit bagi murid untuk melawan guru. Karena pembinaan dilakukan bertahun-tahun lamanya. Guru atau Murrobi sebenarnya juga murid dari guru di atasnya. Bila ada yang menyerang guru atau kiai, maka para murid akan serentak membela- nya secara membabi buta.
3.      Para mentor atau guru akan menunjukkan buku wajib yang harus dibaca oleh para kader. Mengikuti pengajian / Liqo atau diskusi lapangan (istilah PKI) secara rutin. Pada saat yang bersamaan, akan keluar beberapa doktrin dasar. Seperti menjauhi kehidupan duniawai (PKS) atau kehidupan kaum borjuis (PKI).
4.      Tidak ada hari bagi kader PKI dan PKS untuk melakukan dakwah (PKS) atau Propaganda (PKI). Tugas ini, tugas semua kader di semua tingkatan. Istilah PKI, semua kader adalah agen AgitProp (Agitasi Propaganda). Salah satu tujuan dakwah dan propaganda adalah perorganisasian calon-calon kader baru. Berbeda dengan partai politik lain, yang baru melakukan kampanye saat menjelang Pemilu. PKI dan PKS, tugas dakwah atau propaganda dilakukan setiap hari, setiap saat.
5.      Baik PKI maupun PKS, mengandalkan iuran dan infaq anggota. Kantor pusat PKI di jalan Kramat Raya Jakarta, (sedangkan kantor asal PKS di jalan Kramat Raya juga yang sekarang menjadi kantor DDII sebagai mentor PKS),  sebagian besar dananya diperoleh dari sumbangan anggotanya. Semua pendapatan dari anggota dibukukan secara rapi.
6.      Ciri yang dapat dilihat juga antara PKI dan PKS, dalam penyebutan istilah. Misalnya, kata “kawan” disadur dari kosa kata “Camerade “ yang biasa dipakai kaum komunis di Soviet. PKS menggunakan kata ikhwan dan ukhti, ana dan antum,. Atau istilah “revolusi“ menjadi “ jihad“, istilah “martir“ menjadi “mujahid“ istilah “setan desa“ menjadi “thogut“.
7.      Kedua partai ini, juga mengatur kehidupan anggota dan kadernya hingga pada tingkat rumah tangga. Dahulu ada istilah nikah ala partai, maka kini PKS mengambil jodoh di lingkungan anggota sendiri. PKI lebih rigid mengatur kehidupan. Sampai ada pembatasan harta di semua anggota dan kadernya. Mereka dituntut hidup sederhana. Para pejabatnya hanya diizikan untuk memiliki satu radio transistor saat itu. Kehidupan  “sama rasa sama rata “ itu kemudian ditetapkan juga di PKS. Tuntutan hidup sederhana, saling berbagi dan tolong-
tolong menolong sesama anggota dan kader.
8.      Doktrin kehidupan diantaranya : “ 10 pedoman Hidup “ ajaran Hasan al-Banna (PKS). Sedangkan PKI menggunakan doktrin “ Tiga boleh Lima Jangan “. Lima jangan model PKI mengambil dari norma Jawa : mo-limo.
9.      Baik PKI dan PKS sangat ketat mengajarkan doktrin kepada kadernya. Sikap dan kepatuhan para kader dipandu dengan “ Tututan Kader Revolusioner “ (PKI) atau Enam Rukun Leadership (PKS). Secara umum berisi sikap taat, percaya kepada pemimpin (tsiqoh), putusan garis massa atau syuro qiyadah, ijtihad, dan fiqhu-dakwah.
10.  Secara stuktur organisasi PKI dan PKS tidak begantung kepada ketua umum atau Presiden. Dahulu PKI menggunakan struktur Comite Central dan Polit Biro, saat ini PKS meng- gunakan Majelis Syuro dan Dewan Syariah. Sidang Comite Central-lah yang menjadi lembaga tertinggi di Partai. Demikian juga dengan PKS, yang menempatkan Majelis Syuro di posisi tertinggi.

E. POTENSI KEKERASAN
1.      Baik PKI maupun PKS memiliki bibit pemberontakan dari sumber asalnya. Jika dahulu PKI tengah mempersiapkan “ angkatan kelima “ dengan mempersenjatai kaum tani. Sama persis yang dilakukan dengan Partai Komunisme China. Sedangkan PKS yakni Ikhawanul Muslimin Mesir memiliki brigade tempur yang dinamakan Fidayanul Muslimin.
2.      Potensi kekerasan tertanam dalam ajaran yang digunakan PKI dan PKS. Untuk melawan musuh-musuhnya, maka jalan kekerasan dapat ditempuh. Membunuh orang kafir, menjarah kekayaan mereka sesuatu yang halal. Sedangkan PKI melakukan gerakan pemberontakan dan aksi sepihak sudah dilakukannya.

No comments:

Post a Comment